Nyaman dan Sehat Beridentitas Muslimah

Senin, 13 Januari 2014
 “...DIA (ALLAH) menjadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung; dan DIA  menjadikan pakaian bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikian ALLAH menyempurnakan nikmat-NYA kepada kamu agar kamu berserah diri (kepada-NYA)” –QS. An-Nahl:81

Pakaian merupakan salah satu anugerah yang  ALLAH turunkan kepada manusia yang tidak diturunkan bagi makhluk lainnya. Keberadaan pakaian menjadi faktor kebutuhan utama bagi manusia selain makanan dan tempat berteduh. Pada dasarnya, pakaian berfungsi sebagai pelindung tubuh dari pengaruh lingkungan luar (eksternal), seperti sinar UV (ultraviolet) matahari. Dalam konteks berpakaian bagi kaum muslimah, ALLAH menurunkan suatu aturan lain agar fungsi dari pakaian itu sendiri dapat berjalan sesuai dengan tujuannya sebagai pemelihara kemuliaan wanita. Hal ini terkutip dalam QS. Al-Ahzab:59.

Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan perempuan-perempuan mu’min:'Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, hingga mereka tidak diganggu. Dan ALLAH Maha Pengampun, Maha Penyayang.”-QS. Al-Ahzab: 59

Peranan jilbab serta hijab sangat penting sebagai identitas muslimah dilihat dari manfaat yang diberikan, di antaranya: mengurangi resiko terbentuknya flek hitam, terkenanya kanker kulit, rambut lebih sehat, dan menekan kemungkinan gangguan mental (berlomba-lomba untuk mendapat pengakuan dalam masyarakat). Akan tetapi, banyak dari kaum muslimah itu sendiri yang enggan menggunakan jilbab dengan melirik beberapa kasus kesehatan yang ada selama ini, seperti mudahnya berketombe serta kebotakan dini. Padahal hasil penelitian yang dipaparkan oleh dr. Detty DK FKUI (dalam Radio Silaturahim AM 720 kHz, Kamis, 24 Juni 2012) menunjukkan tidak ada keterkaitannya sama sekali antara jilbab dan ketombe maupun kebotakan. Tetapi beliau meneliti lebih jauh adanya faktor-faktor lain, seperti: background genetik, faktor stres, ketidaktelatenan dalam merawat rambut, dan tatanan cara berjilbab yang kurang tepat serta faktor luar seperti kelembaban udara yang rendah sehingga menyebabkan peningkatan kelenjar minyak di kulit kepala. Menurut literatur yang didapat oleh dr. Detty “kenaikkan satu derajat dapat mengakibatkan peningkatan produksi kelenjar minyak di kulit kepala sebanyak 10%” sehingga dalam berbusana muslimah, selain unsur estetika (keanggunan), ada faktor-faktor lainnya yang harus menjadi perhatian khusus agar tuntunan agama dapat ditunaikan dengan lebih nyaman dan menyenangkan.

Bahan atau jenis kain adalah salah satu faktor penting dalam pemilihan jilbab. Pemilihan bahan jilbab berhubungan dengan supply udara ke kulit kepala yang menjadi parameter kesehatan kulit kepala. Pada dasarnya tidak sembarang bahan kain dapat dijadikan jilbab. Maksudnya, apabila kain tersebut kurang tepat digunakan pada kondisi tertentu, maka akan menimbulkan beberapa masalah pada kesehatan, kulit kepala pada khususnya, dalam berjilbab. Sehingga dibutuhkan ketelitian dalam pemilihan bahan untuk dikenakan pada kepala kita.

Terdapat beberapa jenis bahan kain yang dapat digunakan disesuaikan dengan jenis aktivitas kita. Berikut ini jenis-jenis kain yang ada dipasaran Indonesia beserta kelebihan dan kelemahannya:
1.       Cotton
Kain katun adalah jenis kain rajut (knitting) yang berbahan dasar serat kapas alam. Terdapat jenis kain yang mirip dengan kain katun yaitu kain polyester (PE). Cara mudah membedakannya adalah apabila kain katun dibakar maka baunya seperti kertas atau kayu dibakar, akan menjadi abu, dan jalannya api lambat.
Keunggulan: bahan kain ini sangat nyaman untuk digunakan karena dapat menyerap keringat, tidak kisut apabila dicuci, tidak luntur untuk bahan berwarna, mudah disablon dan tidak berbulu.
Kelemahan: sedikit kaku, mudah kusut ketika dipakai, dan rentan terhadap jamur
2.       Polyester /PE (jenis serat sintetis)
Bahan ini terbuat dari serat sintetis atau buatan dari hasil minyak bumi untuk dibuat bahan kaos berupa serat fiber poli dan yang untuk produk plastik berupa biji plastik. Kain ini tingkatannya di bawah katun. Untuk kain kaos yang berbahan dasar PE, bentuk dan teksturnya hampir mirip dengan kain kaos yang berbahan dasar katun (cotton). Cara mudah membedakannya adalah kain PE apabila dibakar maka baunya seperti plastik dibakar, jalan apinya cepat dan akan menjadi arang.
Keunggulan: Murah, kekuatan, elastisitas yang baik dari serat PE menghasilkan kain yang mempunyai ketahanan yang baik terhadap lekukan atau kekusutan sehingga tidak memerlukan penyetrikaan panas.
Kelemahan:  rawan kisut apabila dicuci, berbulu sesudah beberapa kali dicuci, daya serap lembabnya rendah dan kekakuan yang tinggi sehingga kenyamanan berkurang.
3.       Sifon
Jenis ini terbuat dari bahan dasar kapas, sutra dan serat sintetis. 
Keunggulan: tipis, ringan dan nge-flow.
Kelemahan: licin dan panas jika tidak ada kombinasi lain dalam desain kerudung itu sendiri.
4.       Sutra
Jenis kain ini merupakan jenis kain alami yang terbuat dari kepompong ulat sutra. Terlebih dahulu kepompong tersebut melewati beberapa proses, hingga menjadi benang dan jalinan kain.
Keunggulan: sangat nyaman, lembut, mengkilap sehingga terkesan elegan
Kelemahan: harga mahal dan butuh perawatan ekstra.
5.       Lycra atau Spandex
Lycra adalah merek dagang bahan spandex yang nyaman karena mengandung katun, sutera, polyester, atau bahan sintetis lainnya.
Keunggulan: cenderung tidak mengkilap, ringan, elastis, menyerap keringat, dingin dan nyaman. Jika dicuci cepat kering dan tahan terhadap bakteri, sinar ultra violet (UV), khlorin.

Melihat dari pasaran jilbab di Indonesia, saat ini banyak sekali penjualan jilbab berbahan dasar polyester padahal jika kita lihat dari karakteristiknya, bahan ini memiliki kelemahan yaitu daya serap lembab yang rendah sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan pada kulit kepala dan rambut si pemakai. Menurut dr. Detty dalam wawancara dan pemaparan kelebihan dan kelemahan jenis kain jilbab di atas, jenis kain yang baik untuk dijadikan jilbab adalah kain katun atau bahan kaos atau apapun bahan kain yang dapat menyerap keringat dan tidak panas serta menghindari warna-warna gelap yang dapat memicu peningkatan temperatur pada kulit kepala.

Yasmin Sidik dalam bukunya (2007) memaparkan bahwa pada negara beriklim panas, kain kasa atau yang lebih dikenal dengan kain bawal merupakan pilihan yang tepat. Bahan jenis ini membuat alirah angin keluar masuk ke kepala, menyerap keringat, nyaman dipakai dan baik untuk kesehatan rambut.

Akhir-akhir ini model jilbab sangat bervariasi ditinjau dari segi warna. dr. Detty juga menyarankan untuk menghindari warna jilbab yang gelap, seperti hitam, karena kecenderungannya untuk menyerap panas. Hal ini dapat membuat wilayah kepala dan rambut menjadi lebih panas, sehingga dianjurkan untuk mengenakan warna terang. Faktor lain yang juga disinggung dalam wawancaranya di radio tersebut adalah kebiasaan penggunaan jilbab yang berlapis-lapis. Jumlah lapisan jilbab yang disarankan adalah tidak lebih dari 3 lembar termasuk di dalamnya ciput.


Dengan memerhatikan hal-hal di atas dalam pemilihan jilbab, rambut dan kulit kepala pasti tetap indah dan sehat meski tertutup kerudung. Dengan begitu kita tetap bisa terus menjalankan tuntunan agama tanpa tidak perlu pusing lagi mengenai masalah kesehatan rambut dan kulit kepala.

0 komentar:

Posting Komentar