“...DIA (ALLAH) menjadikan bagimu tempat-tempat
tinggal di gunung-gunung; dan DIA menjadikan pakaian bagimu pakaian yang memeliharamu
dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.
Demikian ALLAH menyempurnakan nikmat-NYA kepada kamu agar kamu berserah diri (kepada-NYA)”
–QS. An-Nahl:81
Pakaian merupakan salah satu anugerah
yang ALLAH turunkan kepada manusia yang
tidak diturunkan bagi makhluk lainnya. Keberadaan pakaian menjadi faktor
kebutuhan utama bagi manusia selain makanan dan tempat berteduh. Pada dasarnya,
pakaian berfungsi sebagai pelindung tubuh dari pengaruh lingkungan luar
(eksternal), seperti sinar UV (ultraviolet) matahari. Dalam konteks berpakaian
bagi kaum muslimah, ALLAH menurunkan suatu aturan lain agar fungsi dari pakaian
itu sendiri dapat berjalan sesuai dengan tujuannya sebagai pemelihara kemuliaan
wanita. Hal ini terkutip dalam QS. Al-Ahzab:59.
“Wahai Nabi,
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan perempuan-perempuan
mu’min:'Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.’ Yang
demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, hingga mereka tidak diganggu.
Dan ALLAH Maha Pengampun, Maha Penyayang.”-QS. Al-Ahzab: 59
Peranan
jilbab serta hijab sangat penting sebagai identitas muslimah dilihat dari
manfaat yang diberikan, di antaranya: mengurangi resiko terbentuknya flek
hitam, terkenanya kanker kulit, rambut lebih sehat, dan menekan kemungkinan
gangguan mental (berlomba-lomba untuk mendapat pengakuan dalam masyarakat). Akan
tetapi, banyak dari kaum muslimah itu sendiri yang enggan menggunakan jilbab
dengan melirik beberapa kasus kesehatan yang ada selama ini, seperti mudahnya
berketombe serta kebotakan dini. Padahal hasil penelitian yang dipaparkan oleh
dr. Detty DK FKUI (dalam Radio Silaturahim AM 720 kHz, Kamis, 24 Juni 2012)
menunjukkan tidak ada keterkaitannya sama sekali antara jilbab dan ketombe
maupun kebotakan. Tetapi beliau meneliti lebih jauh adanya faktor-faktor lain,
seperti: background genetik, faktor
stres, ketidaktelatenan dalam merawat rambut, dan tatanan cara berjilbab yang
kurang tepat serta faktor luar seperti kelembaban udara yang rendah sehingga
menyebabkan peningkatan kelenjar minyak di kulit kepala. Menurut literatur yang
didapat oleh dr. Detty “kenaikkan satu
derajat dapat mengakibatkan peningkatan produksi kelenjar minyak di kulit kepala
sebanyak 10%” sehingga dalam berbusana muslimah, selain unsur estetika
(keanggunan), ada faktor-faktor lainnya yang harus menjadi perhatian khusus
agar tuntunan agama dapat ditunaikan dengan lebih nyaman dan menyenangkan.
Bahan atau jenis kain adalah salah satu
faktor penting dalam pemilihan jilbab. Pemilihan bahan jilbab berhubungan
dengan supply udara ke kulit kepala
yang menjadi parameter kesehatan kulit kepala. Pada dasarnya tidak sembarang
bahan kain dapat dijadikan jilbab. Maksudnya, apabila kain tersebut kurang
tepat digunakan pada kondisi tertentu, maka akan menimbulkan beberapa masalah
pada kesehatan, kulit kepala pada khususnya, dalam berjilbab. Sehingga
dibutuhkan ketelitian dalam pemilihan bahan untuk dikenakan pada kepala kita.
Terdapat beberapa jenis bahan kain yang
dapat digunakan disesuaikan dengan jenis aktivitas kita. Berikut ini
jenis-jenis kain yang ada dipasaran Indonesia beserta kelebihan dan
kelemahannya:
1.
Cotton
Kain katun
adalah jenis kain rajut (knitting)
yang berbahan dasar serat kapas alam. Terdapat jenis kain yang mirip dengan
kain katun yaitu kain polyester (PE).
Cara mudah membedakannya adalah apabila kain katun dibakar maka baunya seperti
kertas atau kayu dibakar, akan menjadi abu, dan jalannya api lambat.
Keunggulan: bahan kain ini sangat nyaman untuk
digunakan karena dapat menyerap keringat, tidak kisut apabila dicuci, tidak
luntur untuk bahan berwarna, mudah disablon dan tidak berbulu.
Kelemahan: sedikit kaku, mudah kusut ketika
dipakai, dan rentan terhadap jamur
2.
Polyester /PE (jenis
serat sintetis)
Bahan ini
terbuat dari serat sintetis atau buatan dari hasil minyak bumi untuk dibuat
bahan kaos berupa serat fiber poli dan yang untuk produk plastik berupa biji
plastik. Kain ini tingkatannya di bawah katun. Untuk kain kaos yang berbahan
dasar PE, bentuk dan teksturnya hampir mirip dengan kain kaos yang berbahan
dasar katun (cotton). Cara mudah
membedakannya adalah kain PE apabila dibakar maka baunya seperti plastik
dibakar, jalan apinya cepat dan akan menjadi arang.
Keunggulan: Murah, kekuatan, elastisitas yang baik
dari serat PE menghasilkan kain yang mempunyai ketahanan yang baik terhadap
lekukan atau kekusutan sehingga tidak memerlukan penyetrikaan panas.
Kelemahan:
rawan kisut apabila dicuci, berbulu sesudah beberapa kali dicuci, daya serap
lembabnya rendah dan kekakuan yang tinggi sehingga kenyamanan berkurang.
3.
Sifon
Jenis ini
terbuat dari bahan dasar kapas, sutra dan serat sintetis.
Keunggulan: tipis, ringan dan nge-flow.
Kelemahan: licin dan panas jika tidak ada
kombinasi lain dalam desain kerudung itu sendiri.
4.
Sutra
Jenis kain ini
merupakan jenis kain alami yang terbuat dari kepompong ulat sutra. Terlebih
dahulu kepompong tersebut melewati beberapa proses, hingga menjadi benang dan
jalinan kain.
Keunggulan: sangat nyaman, lembut, mengkilap
sehingga terkesan elegan
Kelemahan: harga mahal dan butuh perawatan ekstra.
5.
Lycra
atau Spandex
Lycra adalah
merek dagang bahan spandex yang nyaman karena mengandung katun, sutera,
polyester, atau bahan sintetis lainnya.
Keunggulan: cenderung tidak
mengkilap, ringan, elastis, menyerap keringat, dingin dan nyaman. Jika dicuci
cepat kering dan tahan terhadap bakteri, sinar ultra violet (UV), khlorin.
Melihat dari pasaran jilbab di
Indonesia, saat ini banyak sekali penjualan jilbab berbahan dasar polyester padahal jika kita lihat dari
karakteristiknya, bahan ini memiliki kelemahan yaitu daya serap lembab yang
rendah sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan pada kulit kepala dan rambut
si pemakai. Menurut dr. Detty dalam wawancara dan pemaparan kelebihan dan
kelemahan jenis kain jilbab di atas, jenis kain yang baik untuk dijadikan
jilbab adalah kain katun atau bahan kaos atau apapun bahan kain yang dapat
menyerap keringat dan tidak panas serta menghindari warna-warna gelap yang
dapat memicu peningkatan temperatur pada kulit kepala.
Yasmin Sidik dalam bukunya (2007)
memaparkan bahwa pada negara beriklim panas, kain kasa atau yang lebih dikenal
dengan kain bawal merupakan pilihan yang tepat. Bahan jenis ini membuat alirah
angin keluar masuk ke kepala, menyerap keringat, nyaman dipakai dan baik untuk
kesehatan rambut.
Akhir-akhir ini model jilbab sangat
bervariasi ditinjau dari segi warna. dr. Detty juga menyarankan untuk menghindari
warna jilbab yang gelap, seperti hitam, karena kecenderungannya untuk menyerap
panas. Hal ini dapat membuat wilayah kepala dan rambut menjadi lebih panas,
sehingga dianjurkan untuk mengenakan warna terang. Faktor lain yang juga
disinggung dalam wawancaranya di radio tersebut adalah kebiasaan penggunaan
jilbab yang berlapis-lapis. Jumlah lapisan jilbab yang disarankan adalah tidak
lebih dari 3 lembar termasuk di dalamnya ciput.
Dengan memerhatikan hal-hal di atas
dalam pemilihan jilbab, rambut dan kulit kepala pasti tetap indah dan sehat
meski tertutup kerudung. Dengan begitu kita tetap bisa terus menjalankan
tuntunan agama tanpa tidak perlu pusing lagi mengenai masalah kesehatan rambut
dan kulit kepala.
0 komentar:
Posting Komentar