a. Potensi Minyak Kelapa
Sawit Untuk Oleokimia
Bahan
baku utama oleokimia pada awalnya adalah tallo
dan minyak kelapa yang masing-masing merupakan sumber asam lemak C16
dan C18 serta C12 dan C14. Namun peningkatan
produksi tallow dan produksi minyak
kelapa sangat sedikit sehingga diperkirakan tidak dapat memenuhi kebutuhan
sumber bahan baku oleokimia dimasa yang akan datang. Alternatif pengganti tallow dan minyak kelapa sebagai bahan
baku oleokimia adalah CPO dan PKO, karena masing-masing mengandung asam lemak C16
dan C18 serta C12 dan C14 (Kementrian
Pertanian, 2013).
Potensi
Indonesia sangat mendukung dalam pengembangan produk oleokimia dasar, seperti: fatty acid, fatty alcohol, methyl ester,
glyserol dan produk oleokimia turunan lainnya.
Sebagian
besar industri oleokimia di Indonesia menggunakan bahan baku dari minyak kelapa
sawit, yaitu sebesar 94,3 % dari total konsumsi. Industri oleokimia hanya mampu
menyerap sebagian kecil produksi saja, yaitu sebesar 8,7 % dari total produksi
PKO dan 1,7 % dari total produksi CPO (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2013).
Potensi
CPO Indonesia sangat besar dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan
saat ini, Indonesia telah menjadi produsen minyak kelapa sawit terbesar di
dunia, melebihi Malaysia yaitu 2 juta ton per tahun (Direktorat Jenderal
Industri Agro dan Kimia, 2009).
Kelebihan:
- Tanaman sawit menghasilkan minyak lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman lain. Kandungan minyak yang tinggi dapat meminimalkan
biaya produksi sehingga lebih disukai produsen (Kamarudin, 2011); dan
-
Tanaman ini dapat dijumpai hampir di
seluruh Indonesia.
Kelemahan
dan tantangan:
- Kandungan FFA tinggi sehingga cenderung
mudah tengik dan korosif terhadap peralatan proses;
- Pasokan CPO untuk industri dalam negeri
kurang terjamin karena sebagian besar diekspor dikarenakan harga ekspor yang
jauh lebih menarik, sehingga mengakibatkan utilisasi kapasitas produksi
industri hilir CPO tidak optimal;
-
Produk turunan CPO nonpangan, yaitu
biodiesel tidak mampu bersaing secara keekonomian dengan BBM subsidi; dan
- Terjadi persaingan pemanfaatan dengan
sektor pangan.
Sifat Fisik Minyak Kelapa Sawit
(Barley's Industrial oil and Fat Production, 2005)
|
b.
Potensi Minyak Kedelai untuk Oleokimis
Penggunaan
minyak kedelai langsung dari kacang kedelai sebagai bahan baku biodiesel di
Indonesia dirasa cukup memberatkan sektor pangan di Indonesia. Mengingat beberapa
bulan lalu terjadinya kelangkaan kedelai di masyarakat sehingga meningkatkan harga
kedelai yang cukup tinggi.
Konsumsi
kedelai Indonesia pada Tahun 1995 telah mencapai 2.287.317 Ton (Sri Utami,
1997). Sarwono (1989) menyatakan bahwa lebih dari separuh konsumsi kedelai
Indonesia dipergunakan untuk diolah menjadi tempe dan tahu. Dengan melihat
penggunaan utama kedelai dalam sektor pangan tersebut, tidak memungkinkan
penggunaan kedelai langsung dalam memproduksi minyak kedelai untuk aplikasi biofuel. Akan tetapi, proses pembuatan
biodiesel berbasis minyak kedelai ini dapat disiasati dengan menggunakan produk
buangan yang tidak dikonsumsi oleh masyarakat, karena yang dibutuhkan hanyalah
minyaknya. Sehingga, aplikasi ini tidak akan mengganggu sektor pangan di
Indonesia.
Sebenarnya,
jika ditinjau dari segi penanaman hingga pemanenan, tanaman kedelai ini hanya
memerlukan tiga bulan sedangkan kelapa sawit membutuhkan 4 tahun untuk dapat
diambil buahnya. Tanaman ini merupakan tanaman tumpangsari sehingga tidak
memerlukan lahan khusus untuk penanamannya. Akan tetapi, terdapat kendala yang
dihadapi saat ini yaitu minyak kedelai tidak dapat diproduksi secara masal
(Topo, 2009).
Kelebihan:
- Hasil ekstrak minyak tidak mudah menguap dan sangat
stabil temperaturnya dalam bentuk cairan;
- Dapat diproses dengan memisahkan komponen yang tidak
dibutuhkan, seperti: fosfat, bahan logam, dan sabun sehingga stabilitasnya
meningkat.
Kelemahan:
- Kandungan
phosphatidaes yang sangat tinggi (2%) harus dipisahkan saat proses
berlangsung.
- Kandungan asam linolenik yang tinggi namun bisa
dikurangi dengan proses hidrogenasi (Tambun, 2006).
Sifat Fisik Minyak Kedelai
(Barley's Industrial oil and Fat Production, 2005)
|
c. Potensi Minyak Mikroalga untuk Oleokimia
Luas lautan
indonesia ± 5,6 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km,
memiliki peluang untuk produksi biodiesel dari mikroalga (Departemen Kelautan
dan Perikanan Indonesia, 2011).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas alga dalam menghasilkan biodiesel, di antaranya:
intensitas cahaya, temperatur udara, dan nutrisi. Kondisi iklim dan geografis
Indonesia yang cukup tinggi membuat bahan bakar alternatif berbasis mikroalga
ini dapat dikembangkan di Indonesia.
Kelebihan:
- Efisiensi fotosintesi yang lebih tinggi, produksi yang
lebih tinggi dan laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan tanaman lainnya
(Miao & Wu, 2006).
- Pengambilan minyak tanpa perlu penggilingan. Bisa
langsung diekstrak dengan menggunakan bantuan zat pelarut, enzin, pemerasan,
ekstraksi CO2, ekstraksi ultrasonik, dan osmotic shock (Nilawati, 2012).
- Dapat memanfaatkan limbah cair agroindustri, produktivitasnya
yang tinggi, yaitu dengan laju pertumbuhan yang hanya dalam hitungan jam atau
hari serta tidak memerlukan lahan subur. Hal ini karena makanan utama mikroalga
ialah karbondioksida (Suara Merdeka, 2011).
- Diperkirakan mikroalga mampu menghasilkan minyak 200
kali lebih banyak dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan penghasil minyak (kelapa
sawit, jarak pagar, dll) pada kondisi terbaiknya (Rachmaniah, 2010).
- Proses pembiakan mikroalga hanya
membutuhkan waktu 10 hari (Tresa, 2010).
- Pemanfaatkan mikroalga sebagai pengendali polusi cair
khususnya logam berat dan polusi udara khususnya gas rumah kaca CO2
(Setiarto, 2011).
Kelemahan:
- Meski demikian, pengembangan mikroalga
sebagai sumber biofuel masih belum
kompetitif dari segi ekonomi (Suara Merdeka, 2011).
- Belum ada teknologi yang efisien untuk mengekstrak
lipid dari alga.
- Ketika menggunakan ekstraksi matahari: yieid yang
dihasilkan sedikit dan butuh kolam yang cukup
- Ketika menggunakan listrik: energi yang dibutuhkan
sangat besar.
Tabel Perbandingan Biodiesel dari Alga dengan Minyak Tanaman
(Banea, 2013) |
Tabel Perbandingan Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, dan Mikroalga
No
|
Parameter
|
Kelapa Sawit
|
Kedelai
|
Alga/Mikroalga
|
1
|
Seed
Oil Content
(%
oil by wt in biomass)a
|
36
|
18
|
30-70
|
2
|
Oil
Yield
(L
oil/ha year) a
|
5366
|
636
|
58700-136900
|
3
|
Land
(m2
year/kg biodiesel) a
|
2
|
18
|
0,2-0,1
|
4
|
Biodiesel
productivity
(kg
biodiesel/ha year) a
|
4747
|
562
|
51927-121104
|
5
|
Kandungan
Asam Lemak (% wt)
|
|||
Palmaic
16:0
|
44b
|
11b
|
8,09c
|
|
Stearic
18:0
|
4 b
|
4 b
|
29,5 c
|
|
Oleic
18:1
|
39 b
|
22 b
|
2,41 c
|
|
Linoleic
18:2
|
11 b
|
53 b
|
45,07 c
|
|
Linolenic
18:3
|
Trace (<1%) b
|
8 b
|
11,49 c
|
|
6
|
Harga
(USD/Ton)
|
478d
|
684d
|
$2,4/L mikroalga oil e
|
7
|
Teknologi
e
|
agriculture farm
|
agriculture farm
|
cell bioengineering automatically
produced in pilot plant
|
8
|
Ketersediaan
|
Sudah
tersedia dan bisa ditumbuhkan di dalam negeri
|
Bisa
dari produk buangan yang tidak dikonsumsi
|
Bisa
dikembangbiakan dalam negeri
|
9
|
Mekanisme
Proses
|
Hidrolisis,
alkoholisis, dan transesterifikasi
|
Hidrolisis
|
Transesterifikasi
|
10.
|
Aplikasi
|
Hampir
semua industri oleokimia, baik dasar maupun tingkat pengolahan lanjutan
|
Biodiesel,
biopolimer, dan biolubrikan
|
Potensial
sebagai bahan baku biodiesel
|
Sumber:
a Mata dkk., 2009 d Kamarudin, 2011
b Barley's Industrial oil and Fat Production e Helwani, 2009
c Nilawati, 2012
Simpulan:
Meskipun
bahan bakar nabati mempunyai keuntungan yang besar dari sisi lingkungan, tapi
penggunaan bahan bakar nabati dinilai masih kurang dapat bersaing secara
ekonomi dengan bahan bakar fosil. Di samping itu, penggunaan tumbuhan-tumbuhan
tersebut untuk menghasilkan bahan bakar dikhawatirkan akan menimbulkan masalah
ketahanan pangan.
Berdasarkan
Tabel 2.1. diketahui bahwa secara garis besar mikroalga dapat dijadikan
pendekatan alternatif sumber bahan bakar nabati yang lebih baik dibandingkan
minyak kelapa sawit dan minyak kedelai. Selain itu ditinjau dari kompetisi
dengan sektor lainnya, minyak dari mikroalga tidak akan mempengaruhi kestabilan
pertanian dunia. Bahkan mikroalga dapat membantu masalah lingkungan dengan
memanfaatkan limbah agroindustri.
_____________
Ya ALLAH aku mohonkan kepada-MU, berikanlah aku ilmu yang bermanfaat, kelancaran rezeki & amalan yang diterima (HR. Ahmad) o:) aamiin
**gadis kecil yang kesulitan untuk tidur malam**
_____________
Ya ALLAH aku mohonkan kepada-MU, berikanlah aku ilmu yang bermanfaat, kelancaran rezeki & amalan yang diterima (HR. Ahmad) o:) aamiin
**gadis kecil yang kesulitan untuk tidur malam**
0 komentar:
Posting Komentar